Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

DeIslamisasi Sejarah Berdirinya Ponorogo

Ada tantangan dalam studi sejarah Indonesia dewasa ini khususnya terkait deIslamisasi sejarah yang mengakibatkan umat Islam kehilangan rasa bangga terhadap agama Islam, demikian disampaikan oleh peminat masalah sosial budaya Ponorogo Alip Sugianto, M.Hum dalam acara Ngaji budaya dengan tema " Sejarah Masuknya Islam di Indonesia " di Pesantren Mahasiswa Al-Manar Universitas Muhammadiyah Ponorogo jumat kemarin ( 14 april 2017 ).



Menurut Alip, banyak sekali literature sejarah yang berupaya untuk melakukan deIslamisasi sejara maupun sekulerisasi antara sejarah dengan nilai-nilai Ilahiah dengan menyingkirkan peran umat Islam dari panggung sejarah.

Deislamisasi misalnya terdapat dalam cerita rakyat Ponorogo yang cenderung menggunakan nama Batoro Katong untuk menyebut pendiri Ponorogo. Nama Batoro identik dengan Hindu, padahal Batoro Katong memiliki nama Islam Raden Djoko Pitoroen yang justru asing di masyarakat Ponorogo. Jadi sebetulnya pendiri Ponorogo itu adalah seorang muslim dengan nama muslim Raden Djoko Pitoroen.

Lebih lanjut, Alip memberi contoh pada skala Nasional yang banyak diketahui masyarakat tentang runtuhnya Majapahit sejarah mengatakan bahwa itu disebabkan kerena kerajaan-kerajaan Islam, padahal sejarah aslinya tidaklah demikian. Majapahit runtuh karena kerusakan internal di dalam kerajaan. Sejarah ditampilkan seolah-olah Islam adalah biang keladi dan perusak kekuasaan kerajaan Majapahit.

Kegiatan Ngaji Budaya yang diselenggarakan Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Ponorogo ini dihadiri oleh puluhan peserta yang memiliki ketertarikan kepada sejarah dan budaya sehingga menghasilkan sebuah dialog-dialog yang brilian karena adanya kesamaan ketertarikan.

Posting Komentar untuk "DeIslamisasi Sejarah Berdirinya Ponorogo"