Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Wajah Kampus Yang Garang, Tinggal Legenda ?

Wajah Kampus Yang Garang, Tinggal Legenda ?
Mahasiswa, status yang bagi sebagian orang merupakan gelar istimewa dan melegenda sebagai sebuah strata pendidikan tertinggi yang mampu melahirkan anak anak akademisi yang diharapkan mampu membawa angin segar bagi masyarakat nantinya. Namun kehidupan mahasiswa pun sebenarnya tidak se-melegenda itu, banyak faktornya, bisa karena latar belakang niat kuliahnya, lingkungannya maupun sistem pendidikan di kampusnya.

Kampus yang dulu dipandang sebagai tempat elit sebagai pusat para cendekiawan kini sudah sangat “membumi” mungkin salah satu faktornya banyak aksi aksi mahasiswa yang imbas positifnya juga dirasakan oleh masyarakat luas. Kehidupan kampus kini telah mengalami rekonstruksi, ada beragam kejadian yang mempengaruhinya mulai dari politik, sosial, ekonomi dan keamanan telah merubah wajah kampus. Ia bisa menjadi tempat kumpul-kumpul para mahasiswa, menghabiskan waktu seharian dan uang demi menyandang status mahasiswa yang belakangan ini tidak begitu populer lagi, begitu juga dengan perkuliahan tidak lebih menjadi sebuah rutinitas monoton dan legalitas untuk mendapatkan IPK bagus. Bahkan bukan hanya itu saja, kampus kini juga menjadi tempat mekanisme penundaan tanggung jawab dan masalah, dalam konteks ini kampus juga menjadi ajang pelarian untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri karena uang dari orang tua masih mengalir dengan lancar.

Itu tadi dari satu sisi wajah kampus, disisi lainnya dalam kehidupan kampus kenyataan nya masih banyak (bahkan sangat banyak) mahasiswa yang hanya mengejar IPK, segera diwisuda, kerja dan menikah, tanpa ingin ikut andil dalam pemecahan masalah masalah sosial, politik, dan lain lain sesuai porsinya sebagai mahasiswa. Kadang yang demikian inilah yang menjadi latar belakang para aktivis mahasiswa mengembel-embel i mereka sebagai kaum apatis, apakah mahasiswa yang seperti itu salah? Sebaiknya kita jangan cepat menuduh. Karena itu lah demokrasi, mereka menggunakan hak mereka sebagai masyarakat demokrasi.

Tapi jika kita berkaca pada perjalanan bangsa ini dalam menemukan jati diri masyarakat, mahasiswa mempunyai peran yang besar. Di dalam perjuangan dan perlawanan mahasiswa terhadap ketidak adilan sosial dan kesewenang wenangan rezim penguasa sudah sangat melegenda di ingatan kita. Yang perlu difahami, aksi aksi mahasiswa tersebut juga bagian dari pendidikan untuk semakin mematangkan diri mereka, sepanjang aksi mahasiswa itu sama sekali tidak mengabaikan norma dan tradisi akademik yang ada. Kita jangan terlalu khawatir dengan proses yang mereka lalui tersebut,  sebaliknya yang perlu kita khawatirkan adalah mahasiswa yang tidak mempunyai kepekaan terhadap isu-isu sosial dan proses semacam itu, jangan jangan mereka sudah kehilangan ghiroh dan kiblat mereka sebagai agent of change, stock dan control terhadap lingkungan tertutupi dengan cita cita kesejahteraan individu-nya saja.

Pada saat ini menjadi mahasiswa hanya ada dua pilihan, menjadi mahasiswa aktif dalam berproses semacam itu atau menjadi pilihan ke dua. Semuanya sama sama akan berjalan empat tahun.

Ditulis oleh : Imam Muchtar, PC IMM Ponorogo

Posting Komentar untuk "Wajah Kampus Yang Garang, Tinggal Legenda ?"