Ekonomi Islam Zaman Now

Ekonomi islam adalah sebuah sistem yang sesuai dengan syariat islam yang di ajarkan oleh nabi Muhammad SAW. Ekonomi islam mulai berkembang di dunia perekonomian Indonesia bahkan internasional seperti Inggris dan negara negara Eropa lainnya. Mengapa demikian? Karena di dalam ekonomi islam tidak mengandung unsur riba. Sehingga resiko kerugian dalam berbisnis mengecil. 

Para pakar ekonomi bahkan mengatakan bahwa ekonomi islam itu seperti snow ball atau bola salju yang dimana semakin menggelinding bola salju itu semakin besar. Sama halnya dengan ekonomi islam yang akan semakin berkembang dan membesar secara pesat. Hal ini di dasari karena kerugian jika kita menganut sistem ekonomi islam maka kurva kerugian akan menurun.

Kita ambil cont saat krisis moneter di Indonesia terjadi, di mana pada saat ini nilai bunga bank naik drastis sehingga para nasabah berlomba lomba menabung di bank tetapi sedikit yang meminjam dana di bank. Sehingga pihak bank kebingungan untuk mengembalikan serta membayar bunga bank para nasabah yang menabung. Karena hal ini seluruh bank konvensional keteteran hingga tak sedikit yang mengalami kebangkrutan. Dari ratusan bank konvensional yang berdiri di Indonesia hanya tersisa puluhan yang masih dapat mengibarkan nama hingga saat ini. 

Berbeda dengan bank syariah dimana sistem nya bukan menggunakan bunga melainkan sistem bagi hasil. Sehingga tak bank syariah yang dimana saat itu satu-satunya hanya bank Muamalah tak sedikit pun merasa kebingungan dengan adanya krisis moneter yang membuat nilai bunga di bank semakin tinggi. 

Hingga saat ini bank dengan sistem syariah mulai menjamur di negara Indonesia. Tak hanya indonesia di negara Inggris pun berdiri beberapa bank syariah. Bayangkan jika Inggris yang mayoritas penduduk nya bukan warga muslim saja bisa menerapkan sistem ekonomi syariah bagaimana dengan Indonesia? 

Dari sini kita dapat mengetahui betapa benarnya alquran dan ajaran ajaran rasulullah Saw yang akan selalu cocok dan selalu berkembang seiring dengan perkembangan zaman.
Oleh: Adib Khusnul Rois