Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

How The Next Generation of Kartini ?

How The Next Generation of Kartini ?
Habis gelap terbitlah terang, begitulah semboyan beliau. ya.. siapa lagi kalau bukan ibu Kartini. Jangan mengaku perempuan pribumi/Indonesia jika nama tersebut saja tidak kenal.

Ibu kartini adalah salah satu pahlawan wanita yang berperan penting dalam kemajuan dan kesejahteraan Indonesia, khususnya tentang kesejahteraan perempuan. Tanpa beliau mungkin saat ini kita (perempuan) tidak semerdeka ini. Namun apakah perempuan pribumi sudah memanfaatkan kemerdekaanya dengan baik ? nah. . ini yang masih menjadi polemik di Indonesia.

Dalam kata mutiara islam di sebutkan bahwa, “suatu negeri akan maju jika perempuanya baik akhlaknya namun suatu negeri akan hancur jika perempuannya juga hancur akhlaknya”. Sungguh begitu besar pengaruh perempuan, maka dari itu dalam Islampun perempuan sangat dimuliakan bahkan Allah telah mengabadikannya di dalam Al-qur’an yaitu surat An-Nisa (wanita). Karena wanita adalah pilar-pilar kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Mengapa demikian? Lihatlah, dari rahim wanitalah lahir putra-putri bangsa dan dari wanitalah yang memberikan pendidikan terhadap generasi yang baik. Ibu yang sholehah akan mencetak anak yang sholeh/sholehah dan juga cerdas.

Andaikan di negri ini semua wanita meneladani semangat juang Kartini, menebas kebodohan, memutas kesenjangan dan mengupas bersih ketidak adilan, maka bangsa ini akan berdiri kokoh dan jauh dari kebodohan.

Harusnya setiap wanita pribumi tidak memandang rendah moral dan pendidikan. Tapi  kenyataannya masih banyak yang beranggapan buat apa sekolah tinggi-tinggi jika akhirnya hanya menjadi ibu rumah tangga. Hei.. perempuan tidak se sederhana itu kawan, menjadi ibu rumah tangga itu sudah kodrat, namun tidak hanya begitu saja. Ibu rumah tangga-pun juga harus cerdas, bermoral tinggi dan memiliki pengetahuan, itu wajib. Bukankah ibu adalah madrasah pertama untuk anak ? sesungguhnya wanita yang berilmu tinggi bukan hanya untuk mengejar karir, melainkan untuk mendidik anak-anaknya. Sukses dalam karir itu hanyalah bonus dari perjuangan, menjadi ibu rumah tangga tetaplah kodrat, tidak boleh ditinggalkan.

Memang ilmu tak hanya didapat di sekolah formal  pada umumnya , bisa juga didapat dari pengajian / tabligh akbar, nyantri , belajar dari keadaan di sekitar, bahkan ilmu bisa didapatkan dari keadaan yang telah terjadi ( kisah-kisah, red. ). Bahkan ada kata-kata mutiara yang berbunyi  “ jadikan setiap  tempat sebagai sekolah dan setiap orang adalah guru”.

Sebenarnya bisa saja untuk mengetahui bagaimana generasi kartini selanjutnya, cukup melihat bagaimana kondisi pemudi bangsa saat ini, memang jika masalah kesetaraan Hak kini memang sudah sebanding, namun masalah moral kini mengalami penurunan. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya kasus sex bebas bahkan kehamilan diluar nikah. Memang tidak sepenuhnya salah wanita, namun tamu tidak akan masuk jika tuannya tidak mempersilahkan masuk. Yang lebih parah adalah kini hamil di luar nikah seakan telah menjadi masalah yang biasa di masyarakat, padahal hamil diluar nikah adalah sebuah masalah besar. Sungguh ironis memang, jika seseorang memutuskan untuk menikah muda justru malah terkadang menjadi bahan gunjingan, sedangkan yang hamil diluar nikah di anggap biasa saja, harusnya yang perlu dihindari itu bukan nikah dini tapi zina dini. Semoga generasi kartini akan lebih baik dari masa sekarang.

Penulis : Fera Nikmasari

Posting Komentar untuk "How The Next Generation of Kartini ?"