Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

BIARKAN MAHASISWA BERDEMONSTRASI


Pasca disahkannya RUU KPK oleh DPR beberapa waktu yang lalu, Mahasiswa langsung merespon dengan aksi demonstrasi serentak, bahkan hampir di seluruh kota. Berkat pict broadcast yang dibuat di medsos, serta tagar di tweeter dan media lain, aksi massa tersebut sukses, karena mampu mendatangkan massa dalam jumlah yang besar. Setidaknya mobilisasi massa tak jauh beda dengan 411 & 212. Masyarakat juga berempati, semisal membirikan minum, buah, tumpangan, ataupun hal lain. Hal ini membuktikan bahwa tuduhan yang dialamatkan kepada mereka, bahwa aktivitas demo tidak begitu menggangu aktivitas, paling-paling yang bicara demo menggangu aktivitas hanya manusia hipokrit serta buzzer

Sebuah aksi massa, tak afdol rasanya jika tidak ada poster untuk berekspresi. Ini merupakan gambaran yang mereka rasakan. Tetapi hal yang menggelitik, dari poster-poster yang ditulis itu terkesan banyak yang lucu-lucu, tetapi pesannya masih jelas terbaca. Lagu para seniman diplesetkan dengan konten demo, sehingga banyak orang berkesan. Gambar dari tokoh idola macam Che Guevara, Munir, Wiji Thukul tetap tersaji dalam poster. Inilah demonstrasi a la milenials. Dalam tuntutannya, Mahasiswa menuntut RUU yang bermasalah, sayangnya RUU KPK sudah terlanjur disahkan. Diantara UU tersebut ialah, RUU PAS, RUU KUHP, RUU Pertanahan, RUU PKS, serta persoalan lain yang tak kalah runyamnya.

Kita menjadi bertanya-tanya, mengapa pengesahan RUU yang bermasalah cenderung terburu-buru, bahkan dilakukan di akhir periode. Kemana tuan-puan selama ini, apakah hanya duduk ongkang-ongkang dikursi sambil menikmati fasilitas. Kita tidak hendak mengatakan tuan-puan ini buruk, karena bagaimanapun mereka kepanjangan tangan dari rakyat--tentu mereka bukan orang suci yang tak boleh dikritik. Sekali lagi lembaga ini harus diperkuat dengan orang-orang berkualitas, sehingga yang dihasilkan juga berkualitas. Tidak seperti sekarang ini, yang boleh jadi suatu saat mendatangkan air bah.

Mestinya jujur pada diri Kita, jangan-jangan apa yang mereka lakukan selama ini merupakan cerminan dari kita. Saya menjadi ingat thesis yang disampaikan oleh Al Attas. Menurutnya tiga hal yang menjadi akar masalah umat. Pertama, Ilmu yang rusak. Kedua, Loss of Adab. Ketiga, kemunculan pemimpin palsu. Ketiganya sudah seperti lingkaran setan yang tiada ujung pangkalnya. Ilmu yang rusak menyebabkan masyarakat yang rusak, hilang adab menyebabkan kezaliman, sementara pemimpin palsu maksudnya, pemimpin-pemimpin yang tidak memiliki otoritas, mereka lahir dari didikan ilmu yang tidak tepat. Sehingga banyak menimbulkan kerusakan.

Bisa jadi apa yang dilakukan Mahasiswa saat ini merupakan puncak kemarahan yang diluapkan. Para pemimpin yang sudah digaji begitu mahal dari urunan rakyat, bekerjanya tidak sesuai harapan, malahan sering berselingkuh dengan oligarki dan kekuasaan yang korup. Dalam demokrasi sudah wajar jika ada yang salah kemudian didemo. Sebab demokrasi bicara transaksi, bekerja bagus kemudian dibayar dan dipuji, kerja jelek terserah yang bayar mau diapakan. Kalau kita pro demokrasi mestinya biarkan saja para pemimpin dikritik, karena itu merupakan konsekuensi mereka jadi pemimpin. Bahkan jika rakyat sudah betul-betul muak sebagaimana 98 dulu, malah diserbu rame-rame.

Oleh karena itu, jika lembaga legislatif ingin diperkuat maka harus banyak kritik dari berbagai pihak. Pun demikian dengan penguasa, tidak perlu kemudian penguasa melempar wacana bahwa gerakan macam itu ditunggangi oleh pihak tertentu. Buktinya dari dulu tidak terbukti. Para senior juga tak perlu buru-buru meluruskan junior. Mestinya kita membiarkan demonstrasu. Biarkan mereka menentukan jalan sendiri. Tak perlu lah belok dikit kemudian diluruskan. Untuk menjadi dewasa barangkali perlu berdarah-darah, benjol, ndlosor, kejlungup, dan lainnya. Sebagaimana saat kita kecil berlatih untuk jalan. Mereka yang ingin melawan kezhaliman yang sudah melampai batas, maka turun jalan ialah solusi.

Penulis : Agus Supatma, ketua bidang Organisasi dan Pembinaan Cabang PDPM Ponorogo

Posting Komentar untuk "BIARKAN MAHASISWA BERDEMONSTRASI"