Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bupati Ponorogo ini seorang Ulama

[caption id="attachment_422" align="alignleft" width="282"]img-20161118-wa0002 Alip Sugianto, Staf Pengajar di FE Universitas Muhammadiyah Ponorogo[/caption]

Tjokronegoro adalah Bupati Ponorogo yang 15 atau yang ke 3 setelah pepindahan pusat pemerintahan dari kota lama menuju kota baru seorang ulama Islam. Ia besar dalam lingkungan keluarga ulama dan bangsawan. Ayahnya Kyai Kasan Besari salah seorang Pemimpin Pesantren Tegalsari Jetis Ponorogo, sementara ibunya bernama Raden Ayu Murtosiah salah seorang putri Raja Kasunanan Hadiningrat Surakarta Paku Buwono ke III.
Sejak kecil, Tjokronegoro telah belajar agama kepada Ayahnya di Pesantren Tegalsari, tradisi keilmuan di Pesantren membuat pribadi Tjokronegoro menjadi pribadi cerdas, santun dan menghargai banyak kalangan sehingga banyak disukai orang. Masa mudanya Tjokronegoro disibukan dengan mengkaji al Qur’an di Pesantren sekaligus mengamalkannya keberbagai tempat sehingga Tjokronegoro muda sudah banyak dikenal oleh Masyarakat.
Setelah dewasa, Tjokronegoro mendapatkan amanah menjadi Bupati menggantikan Bupati Sosrokusumo. Maka dalam kepemimpinan Bupati Tjokronegoro nilai-nilai Islam diterapkan dalam kebijakan-kebijakan Politiknya. Salah satu kebijakannya adalah membangun masjid Agung Ponorogo yang semula adalah Mushola yang dirintis oleh Bupati Mertohadinegoro. Kebijakan ini dirasa sangat penting karena Masjid sebagai tempat bertemunya ummat muslim. Ia juga memimpin pembuatan bedug untuk masjid agung dan Masjid Jami Tegalsari, kayu Jati yang digunakan sebagai bahan bedug diambil dari Hutan Selentuk Pulung.
Bedug tersebut, pada waktu itu memiliki peran sangat penting sebagai media komunikasi masyarakat sebagai tanda tiba waktu sholat. Selain itu, Tjokronegoro juga dikenal oleh masyarakat sebagai seorang ulama. Ia juga aktif memakmurkan masjid Agung, hampir setiap hari melaksanakan sholat di masjid Agung karena lokasi rumah Bupati Tjokronegoro hanya berjarak 200 meter, tepatnya sebelah selatan alun-alun Ponorogo.
Bupati Tjokronegoro, selain membangun jiwa masyarakat Ponorogo, juga membangun dari sisi Jasmaniahnya dengan membangun sarana olahraga pemandian Bale Kambang di dusun Ngembang Siman Ponorogo. Lokasinya dari Pusat pemerintah berjarak 3 km kearah timur dari Rumah kediaman Bupati Tjokronegoro. Dari dua unsur tersebut diharapkan masyarakat Ponorogo memiliki jiwa rohani dan Jasmani menjadi lebih kuat.
Pada era Bupati Tjokronegoro masyarakat Ponorogo pada waktu itu kondisinya sangat makmur, gemah ripah loh jinawi, dari pemerintah belanda pernah mendapat anugrah penghargaan bintang yakni Gouvernement Goud Ster Orde Van Orange Naasau Koninklyke Nederlancshe Leger (G.G.St.0.0.N.K.N.L), dari keraton mendapat payung emas sebagai simbol mengayomi dan mensejahreakan masyarakat, kemudian mendapat sebutan dari masyarakat Gusti Lider atau Gusti Sepuh.
Bupati Tjokronegoro menjabat sebagai Bupati Ponorogo selama 26 tahun, atau bupati terlama di Ponorogo kota baru yakni sejak tahun 1856 sampai dengan 1882 sebelum meninggal ia pernah berwasiat agar dimakamkan dibelakang masjid Jami Agung. Ia wafat pada tanggal 20 Maret 1900 dan di makamkan di pemakaman Purnomosari tepatnya belakang Masjid Agung Kauman Ponorogo. Berkat jasa dan perjuangannya selama menjadi Bupati Ponorogo, Masjid Agung yang telah didirikan oleh Tjokronegoro, oleh generasi penerus di kemudian hari Masjid Jami Kauman dinamakan sebagai Masjid Agung Tjokronegero.

Posting Komentar untuk "Bupati Ponorogo ini seorang Ulama"