Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menuju AE1 PDPM Ponorogo, Agus Supatma

Sudah mahfum diketahui bersama bahwasannya penyelenggaraan Musyda Ke-16 tinggal menghitung hari. Sayangnga riuh-renyah sebelum hari terlaksananya Musyda terhalangi oleh hal-hal yang tidak penting, misalnya nlberita KPU memutuskan Bung Jokowi sebagai Pemenang pilpres--hal ini kemudian berujung pada sikap ketidakterimaan kubu lawan yang kalah dan berujung Pipel Pawer yang rame itu. Padahal masih banyak hal yg perlu diperjuangkan--kalah ya syudah ga usah ngamukan.

Kembali pada perkara Musyda, sampai saat ini belum ada calon yang beranjak keluar dari goa dan mendeklarasikan diri sebagai calon Pimpinan. Ya mungkin ada anggapan kalau keluar sekarang waktunya terlalu pagi. Mungkin juga ada yang berjuang dalam senyap, bahkan semut pun tak mendengar derap-langkahnya. Ya memang strateginya masing-masing oleh karena itu saya tak mengetahui para calon yang bergerilya.

Banyak hal yang mungkin menjadikan para kader untuk masuk di jajaran PDPM, terutama mereka yang sudah rampung di jenjang pengkadern. Padahal kalau diitung secara materi--menjadi pimpinan PDPM tidak ada untungnya, bahkan malah tombok banyak banget. Bagiamana tidak la wong biaya ngopi saja udah banyak, bayangkan setiap ketemu para kader pasti berujung ngopi dan ubo rampenya. Oleh karena itu ya kudu siap finansial--ya minimal untuk menghidupkan tradisi uwul tetap ada di kantong. Meskipun cukup banyak pengeluaran, tapi itu semua tentu tidak akan terasa--ketika roda organisasi berjalan dinamis, tentu pundi-pundi uang yang telah dikeluarkan akan menjadi pahala yang menggunung. Namun demikian banyak juga para kader yang justru tidak berminat untuk menjadi pimpinan dengan segala macam alasannya.

Masing-masing orang tentu juga punya motip sendiri-sendiri ketika mencalonkan diri. Ada yang betul2 ingin berjuang membesarkan Pemuda Muhammadiyah, ada juga yang tidak perlu saya sebutkan motipnya--karena anda semua sudah tahu. Pada dasarnya, saya haqqul yakin--semua calon akan membesarkan Pemuda Muhammdiyah dengan caranya masing-masing.

Selain itu, manjadi Pimpinan PDPM meskipun keluar cukup banyak uang untuk tapi kedudukannya cukup terhormat, yah walaupun habisnya tak seperti event pilkades, pileg, atau pilkada. Misalnya menjadi sesepuh di antara ortom yang lain, tentu ini semua orang tau bahwa memang PDPM menjadi pemimpin dalam AMM. Sering bertemu jajaran Forpimda, dalam event tertentu sangat sering mendapatkan undamgan, diskusi, atau jamuan dari para Forpimda setempat--tentu ini menjadi bargaining tersendiri. Ya itulah yang dicari--bargaining, menjadi Pimpinan PDPM memang punya segalanya berkaitan dengan bargaining ini. Kedepan para pimpinan sangat potensial untuk menjadi akademisi, politisi, Birokrat, Pimpinan PDM, ataupun pimpinan AUM--bahkan bukan tidak mungkin kedepan bisa menjadi AE 1 PO, atau Wakilnya, atau jadi Setapnya kan juga tetap bargaining.

Dalam Musyda 16 ini telah disepakati bersama bahwa yang dipilih ialah 13 formatur, tidak langsung memilih Ketua Umum, hal ini didasarkan pada Tanfidz Muktamar yang telah disahkan. Oleh karena itu sebagai organisasi yang taat aturan, maka menggunakan aturan terbaru. Adapun teknis pelaksanaan melalui E-Votting dengan Gadged masing-masing. Yah walaupun keriuhannya kurang, tapi sekali lagi itu sudah keputusan yang harus dijalankan bersama.

Pelaksanaan Musyda tinggal menghitung hari, semua kader yang akan maju ke pimpinan sudah mengambil ancang-ancang baik secara senyap ataupun terang-terangan. Kader yang terpilih memang betul-betul dianggap mumpuni dan mempunyai kapasitas, yang belum terpilih masih bisa diakomodir dengan menjadi anggota bidang atau tetap berjuang di PCPM masing-masing. Tentu yang kalah tidak akan Pipel Pawer. Jelang Musyda kali ini seberapa besar kesiapan dan ambisiusmu.[agus supatma]

Posting Komentar untuk "Menuju AE1 PDPM Ponorogo, Agus Supatma"