Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Puasa Dan Ghirah Jihad Perjuangan Indonesia

Berbicara  mengenai puasa dan jihad tentu bukanlah sesuatu yang baru—ada banyak hal yang bisa kita gali mengenai dua hal ini, bulan puasa sendiri merupakan bulan yang sangat dinantikan kehadirannya karena bulan ini sangat istimewa, bila dipenghujung ramadhan kita senantiasa berdoa supaya dipertemukan lagi dengan bulan puasa berikutnya. Esensi dari puasa adalah jihad, yakni jihad melawan hawa nafsu.  Jika tidak mampu melawan hawa nafsu yang berupa syahwat-syahwat tersebut sama halnya dengan orang yang bekerja tetapi tidak mendapatkan hasil apa-apa. Selain jihad melawan hawa nafsu, umat Islam juga diperintahkan untuk berjihad melawan kekafiran dan kesyirikan. Jihad yang semacam ini perlu dilakukan dengan tujuan untuk mempertahankan diri dari pihak kaum kafirin—guna  eksistensi Islam.  Berkaitan dengan hal itu maka jihad itu sendiri bukan berarti hanya dapat dimaknai dengan berusaha sungguh-sungguh dalam melaksanakan amanah, tetapi makna  jihad yang sesungguhnya adalah jihad yang dzohiron wa bathinan—tanpa cacat, tanpa makna yang setengah-setengah..

Berkaitan dengan “Jihad”, saat ini menjadi kata yang paling seksi untuk dibicarakan. Sayangnya pengertian Jihad telah dibelokkan maknanya sebagai  tindakan “terorisme” sehingga banyak orang berpikiran negatif bila terlintas kata “Jihad” tersebut.  Hal ini disebabkan oleh banyaknya orang yang mengaku atapun distigmakan orang Islam yang kemudian melakukan tindakan teror di mana-mana, seolah-olah mereka sendiri yang sudah mengkapling Surga, kemudian mereka dengan bangga menyatakan telah berjihad. Tentu hal yang semacam ini tidak dibenarkan dalam Islam, hal ini juga diperparah dengan kengawuran yang dilakukan oleh aparat dalam melakukan penindakan dalam mengatasi teror tersebut—malah seperti menimbulkan teroris baru.  Jika kita semua mau jujur dan melihat jauh ke belakang, akan banyak kita jumpai berbagai macam jihad yang dilakukan oleh pendahulu kita.

Bila Tuan dan Puan sering memebuka lembaran sejarah, tentu akan tahu fakta sejarah yang erat kaitannya dengan “Jihad”, perang Badar misalnya—perang  yang melibatkan antara kaum Muslim dengan kafir Quraisyi ini terjadi pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke 2 Hijriyah, meski jumlah kaum muslimin ketika itu kalah banyak, tetapi kaum muslim memenangkan peperangan ini. Peristiwa selanjutnya peristiwa pembebasan Palestina di bawah pimpinan  legendaris yakni  Shalahhuddin al-Ayubi juga bertepatan dengan bulan Ramadhan. Masih di bulan yang sama peristiwa Fathu Makkah yang merupakan  peristiwa titik balik ummat muslim dari penindasan, peristiwa ini juga awal mulainya penyebaran Islam ke seluruh dunia, peristiwa ini juga terjadi pada tanggal 10 Ramadhan tahun ke-8 Hijriyah. Peristiwa lain yang tak kalah hebat perjuangannya adalah penaklukan Andalusia yang di pimpin oleh Thariq bin Ziyad, dalam penaklukan ini para pejuang Islam ketika itu hampir putus asa, tetapi setelah mendapatkan motivasi dari panglima mereka akhirnya umat Islam—mampu memenangkan peperangan ini. peristiwa yang agung ini juga bertepatan dengan bulan ramadhan tahun ke-91 Hijriyah.

Tuan dan puan marilah sejenak menengok kembali sejarah perjalanan bangsa ini—semenjak  masa penjajahan, kemerdekaan dan sampai saat ini, tentu akan Tuan dan Puan temui betapa luar biasanya ghirah jihad yang digelorakan oleh para pendahulu kita. para ulama dengan lantang menyuarakan pekik takbir disertai dengan perjuangan yang hebat hingga mampu mengusir penjajah dari tanah negeri. Lihatlah para pejuang awal yang juga berjihad semacam Syekeh Yusuf Maqasari, Tuanku Imam Bonjol, Diponegoro, serta para pejuang  yang melawan penjajah masuk dengan membawa misi kristen. Semanjak awal penjajahan hingga diraihnya kemerdekan tak terhitung berapa kali “Jihad” yang dilakukan, korban yang berjatuhan jumlahnya jutaan. Kita juga bisa melihat seruan “Jihad” yang digelorakan oleh KH Hasyim Asyari yang menyerukan pada umat Islam di daerah Surabaya dan sekitarnya untuk ikut berjihad melawan penjajah. Barangkali semangat perjuangan bangsa bisa ditumbuhkan jika semangat beragama menyatu dengan semangat berbangsa. Sebab, kedua elemen tersebut tidak bisa dipisahkan oleh setiap umat Islam Indonesia. Negeri ini merdeka karena semangat keislaman dan semangat kebangsaan yang tumbuh dalam diri para pahlawan dan hebatnya lagi kemerdekaan bangsa Indonesia juga bisa tercapai ketika bulan Ramadhan.

Beberapa contoh tersebut bukan hanya sekedar kebetulan ataupun menang karena pemberian, melainkan perjuangan yang sungguhan. Kemenangan tersebut di raih dengan derai air mata dan darah. Semua kemenangan yang diraih oleh pejuang—tentu dengan keyakinan yang kuat serta izin Alloh Swt.  Dalam rangka meneruskan “Jihad” tersebut—kita  juga harus mempersiapkan diri baik dari sisi ilmu, fisik, dan finansial serta beberapa aspek lainnya. Sebagian orang berpendapat bahwa Jihad qital untuk saat ini sepertinya belum  saatnya untuk dilakukan, tetapi bukan berarti kita tidak siap untuk berjihad ketika musuh datang. Ada banyak hal yang harus dilakukan oleh umat Islam saat ini, bagaimanapun kondisi  yang dialami umat Islam saat ini kurang begitu menguntungkan—karena ada sekian banyak problematika yang harus segera diselesaikan, ditengah kondisi saudara kita yang berada di luar sana yang hancur berkeping-keping akibat perang yang tak kunjung berhenti, kondisi ini diperparah dengan  ketertinggalan dalam hal keilmuan, keterpurukan ekonomi, sosial, politik, budaya yang semakin memperparah situasi.

Segala problem di atas merupakan tugas bersama ummat Muslim untuk segera diselesaikan  demi kejayaan umat ini. Sebagaimana yang telah banyak dikemukakan oleh banyak tokoh Islam, saat ini yang harus segera dilakukan pembinaan individu muslim dan juga membangun kekuatan umat pada semua lini. Puasa sendiri memang harus dilandasi semangat perjuangan dan juga optimisme serta antuisiasme yang tinggi dalam berjuang dalam sektor apapun. Jika hal ini tidak dilakukan, mustahil semua itu bisa didapatkan, lebih-lebih dibiarkan saja pasti akan hancur.  Bila saja mereka masih hidup—pasti mereka merintih dan kecewa berat melihat kondisi yang kacau-balau dan kehilangan arah ini. Apa yang dilakukan oleh para pejuang tersebut perlu dikaji ulang, siapa tahu di sana ada titik terang dalam suasana pengap seperti sekarang ini !.

Ditulis oleh : Agus Supatma

Posting Komentar untuk "Puasa Dan Ghirah Jihad Perjuangan Indonesia"