Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Opini Akar Rumput : Menjamin keberlangsungan hidup Muhammadiyah Ponorogo.

Menjamin keberlangsungan hidup Muhammadiyah Ponorogo


Berharap ada yang kirim opini terkait hangat dan panasnya suhu Politik di tanah air, ternyata ada juga kiriman opini menarik, yang bisa kita jadikan tambahan isi ruang fikir kita. Meskipun ini tidak ada sangkut pautnya dengan politik namun ini justru lebih ke dalam menusuk Gerakan persyarikatan. Sayangnya Penulis meminta untuk merahasiakan identitasnya. Baik monggo disimak opini hangat dibawah ini sembari nyeruput kopi hangat.

Diawali dengan Bismillah, penulis memulai opininya.

Selain Q.S Al-Maa'uun Mbah Dahlah juga mengajarkan satu surat lagi kepada murid-muridnya, dan pengajarannya ternyata lebih lama dari Al-Maa'uun, yaitu surat Al-Asr. 

Ya, surat yang membahas soal waktu. Sebagaimana kita ketahui Muhammadiyah itu kan punya orientasi kedepan, orientasi untuk selalu melakukan pembaharuan, tetapi mungkin pimpinan Muhammadiyah Ponorogo baik di Tingkat Daerah, Cabang, maupun Ranting, agak melupakan hal ini.
Oke lanjut, Pimpinan Muhammadiyah mungkin ada yang lupa dengan orientasi Muhammadiyah soal masa depan ini. 

Jika kita bilang masa depan, pasti lebih cenderung berbicara soal SDI (Sumber Daya Insani) yang hari ini sangat memprihatinkan. 

Muhammadiyah Ponorogo itu kan punya AUM dan BUMM banyak dan tersebar di setiap Cabang, bahkan Rantingpun punya. Saya, beberapa hari yang lalu ngopi dengan kawan di AUM dan BUMM (selanjutnya saya sebut AUM saja, nulisnya biar mudah). Kawan saya ini sambat nyari tenaga kasar lulusan SMA dari kader, itu ternyata sulitnya minta ampun, ada lagi yang sambat cari tenaga IT dan tenaga professional lainnya, tambah soulit lagi. Dan ternyata ini fakta yang terjadi sekarang. Ini bukan kesimpulan lho ya, tapi perlu dipertanyakan, sudah sadarkah Pimpinan dengan hal itu ?.

Terkait dengan hal tersebut, saya tertarik pada sebuah gagasan.

Ceritanya begini, kemarin saat Rakerda MPKSDI di Ngebel, berhubung saya juga tidak sengaja ikut, muncul wacana dan ini keren, jika 20%  saja dana Muhammadiyah itu untuk membentuk kader-kader Professional yang dibutuhkan AUM hari ini, maka pasti ceritanya akan berbeda. Namun, sudahkah Pimpinan di level tinggi Muhammadiyah sadar dengan problematika tersebut ?

Saya lanjut ya, mohon tenang, selain mempersiapkan SDI, Muhammadiyah juga perlu mendorong kader untuk kaya. Loh gak bahaya ta ? 

Memang harta itu fitnah, tapi logikanya begini, jika kader Muhammadiyah itu nggak kaya, kemudian yang kaya itu orang-orang dzalim, pora lebih bahaya lagi?. Karena saya teringat kisah Imam Syafi'i yang berguru dengan Syaikh Muhammad Hasan As-syaibani, yang awalnya beliau selalu sinis kepada orang soleh yang kaya dan berubah fiiran setelah menjadi Imam besar. 

Jadi, menurut saya, kader Muhammadiyah itu harus kaya, jadi kalau sudah kaya, dakwah di Muhammadiyah itu enteng ora “anteng”. Namun, faktanya guru Muhammadiyah itu lebih memilih jadi ASN karena lebih sejahtera daripada ASM (Aparatur Sipil Muhammadiyah). Fakta yang lain, masih banyak kader yang begitu lulus, susah mencari pekerjaan. 

Sudah sadarkah Para Pimpinan dengan hal itu ?. 

Dorongan itu bisa dimulai dengan pemetaan potensi kader, membantu untuk mendiasporakan kader diberbagai lini sesuai bidangnya, kemudian dibina agar tidak ucul. Pembinaan yang seperti apa?  pembinaan yang terukur, terstruktur, dan sustain. Menurut say aini sangat diperlukan.
Bukan hanya share lewat broadcast WA lalu sudah dikatakan Pembinaan, kemudian kalau ucul yang disalahkan kadernya, saya kira tidak demikian seharusnya.

Begitu saja sedikit, karna nanti takut bacanya kebanyakan, diteruskan dalam jilid II insha Allah, jika ada yang mau mengklarifikasi atau mungkin ada yang mau menambahkan, silahkan.

Sebelum saya akhir i opini ini, 

Muhammadiyah itu perlu membangun, namun bukan bukan hanya bangunan fisik yang tinggi, tapi bangunlah jiwanya dan bangunlah raganya. 

Muhammadiyah itu besar, pemikiran KH Ahmad Dahlan itu luar biasa, eman-eman jika kesadaran akan problematika seperti ini hanya dituntaskan didepan microfon dan pengeras suara, perlu aksi nyata. Tidak ada yang instan, karna mie instan saja masih perlu direbus.

Saya akhiri dengan Alhamdulillahirobbil alamiin.
Dipersilahkan bagi yang mau mengklarifikasi dan menjawab pertanyaannya, mimbar Opini Akar Rumput terbuka untuk umum. [R-]

Semoga opini ini bisa menghangatkan ruang imaginasi kita, jika tidak sependapat atau justru ada yang ditambahkan silahkan kirim opini ke tim redaksi.

Posting Komentar untuk "Opini Akar Rumput : Menjamin keberlangsungan hidup Muhammadiyah Ponorogo."