Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dibalik Megahnya Muhammadiyah, Tantangan Ketum Baru PWM Jatim

Dibalik megahnya Muhammadiyah
Niko Perlambang Agung, Ketua PDPM Kota Kediri

Tidak terasa suksesi kepemimpinan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur hanya tinggal menghitung jari. Dibilang ramai ya nampak belum terasa, dibilang sepi tapi sudah hangat diskusi di grup-grup Whatsapp. Mulai dari berbagai person dan mengatas namakan perkumpulan (embuh ikih gerakan tenanan opo nggur metu 5 taun pisan) muncul memberikan pendapat tentang sosok-sosok yang layak dipilih. 

Adu calon bermunculan bagaikan hukum dalam agama, ada calon wajib, calon sunnah. La calon haram ndi jal?? Bisa jadi yang buat narasi tersebut (canda haram, canda…). 

Saya jadi teringat orang-orang baik, yang ini jelas "haram" untuk dipilih. Ada namanya mbak Sri (nama samaran). Wanita yang begitu baik, kerja di SMA Muhammadiyah menjadi Kepala TU, saya nggak tahu gajinya berapa, sekedar gambaran ketika hendak menikah saya kirim slip gaji ke calon istri dan bilang, 

“Bayaranku nggur sakmene. Iseh gelem rabi karo aku pora?” 

Lalu Istri bilang, “losss, gaspol” (Wakakaka nggak ygy, canda). 

Calon istri menjawab dengan bijak dan sekarang sudah pindah kerja lebih baik (Mulakne para kader, rabio!!! Ojo nggur nyetatus hujan, senja, kopi, pehhhh). 

Kembali ke Mbak Sri mantan rekan kerja yang begitu baik, nggak pernah mengeluh dalam bekerja walaupun acapkali saya lihat beliau ketika di kantor sendirian merenung kadang juga menangis, entah kenapa. Yang jelas totalitas beliau untuk persyarikatan nggak usah ditanyakan lagi. Pengajian rutinan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM)  pasti hadir, pertemuan guru dan karyawan ataupun pembinaan juga selalu hadir. 

Ada lagi Sri yang lain (aku lali gaes jeneng lengkape, tenan) Guru SD Muhammadiyah, bertahun-tahun lamanya mengayuh sepeda mininya dari rumah menuju sekolah. Entah tahun ini apakah masih mengayuh sepeda karena sudah lama juga tidak ketemu. Terakhir ketemu beliau ketika saya nunut di kendaraan teman dan melihat beliau menuntun sepedanya karena ban bocor. Duh, saya nelongso dalam hati, 

“Muhammadiyah yang besar semoga bisa memakmurkan guru-gurunya”. 

Tidak salah ketika ada artikel yang menjelaskan bahwa dari ribuan sekolah Muhammadiyah, yang maju hanya 28 persennya saja. 

Ada lagi juga kisah yang salah satu teman berjuang di Organisasi otonom (Ortom) yang dipecat ketika ramai konflik Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). Seminggu sebelum nikah dipecat (sakit dulur), Berkali-kali saya ikut dampingi ke Pimpinan Wilayah (PWM), Pengadilan, Pimpinan Pusat (PP) untuk sedikit menumbuhkan harapan. Namun harapan tinggal harapan, dia akhirya move on dengan mencoba berbagai peruntungan yang bisa memperbaiki jalan hidupnya. Pernah sekali mendapat telepon dari salah satu Ketua Majelis untuk dicarikan orang yang bisa menyiapkan makanan untuk Jumat Berkah lalu saya serahkan ke teman saya itu. 

Dia gembira lalu chat, “Alhamdulillah bro, pirang pirang dino nggur mangan belendrang akhire iso golek lauk sing rodok enak”. Duh nelongso maneh duluuuur. Sampai tulisan ini saya buat saya juga belum tahu apakah AUM tersebut sudah dikembalikan PWM  ke PDM atau belum.

Yang jelas orang-orang yang saya sebutkan diatas "haram" untuk dipilih nggak hanya untuk PWM, tapi juga mungkin berlaku untuk PDM, PCM bahkan PRM. Sosok-sosok yang nggak populer, kemana-mana masih pakai motor butut dan mengayuh, relasi juga tidak luas (diajak kegiatan RT saja sudah muarem dan sueneng), pakaian dan aksesoris bukan barang branded, tetapi ruh dan spiritnya dalam berMuhammadiyah wes gak usah ditakoni maneh. Insya Allah para sosok ini begitu banyak di Muhammadiyah yang dengan segala kebaikan, kesederhanaannya walaupun penuh dengan keterbatasan tetap ikhlas, semangat, dan bangga dalam ber-Muhammadiyah.

Musyawarah Wilayah (Musywil) mendatang semoga melahirkan pimpinan-pimpinan yang amanah dan progresif. Ketika mengetahui salah satu berita yang menyebutkan ada calon pimpinan yang sudah 20 tahun di Persyarikatan yo nggur iso mesem lan mbatin (insya Allah batinku podo ambi sing moco).  

Mari kita sambut Musywil ke 16 Muhammadiyah Jatim, pesenku nggur sithik, jika senang dan kagum kepada seseorang jangan berlebihan. Jika bangga dengan sesuatu juga ojo dhuwur-dhuwur, lek kadung ceblok yo sakiit. Pada akhirnya Muhammadiyah mari kita jaga dan rawat, mari kita besarkan bersama. 

Aku yo nyadari tenan, aku isok koyok saiki yo karena Muhammadiyah

Terimakasih Muhammadiyah, selamat ber-Musywil.[*]

Penulis : Niko Perlambang Agung, Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Kota Kediri

1 komentar untuk "Dibalik Megahnya Muhammadiyah, Tantangan Ketum Baru PWM Jatim"